STRATEGI INVESTASI SAHAM, OBLIGASI DAN OPSI DI MASA KRISIS GLOBAL

 STRATEGI INVESTASI SAHAM, OBLIGASI DAN OPSI DI MASA KRISIS GLOBAL

buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
 STRATEGI INVESTASI SAHAM, OBLIGASI DAN OPSI DI MASA KRISIS GLOBAL


PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia yang dapat menjadi penggerak ekonomi nasional melalui peranannya sebagai wahana sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para pemodal. Untuk mewujudkan peranannya tersebut, pasar modal Indonesia menciptakan dan mengembangkan berbagai produk, salah satunya adalah Reksa Dana.
Investasi seperti tabungan atau deposito menjadi pilihan utama karena risiko yang melekat relatif kecil tetapi memberikan hasil yang pasti dan tetap. Ada juga pandangan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang memiliki uang lebih tetapi belum mengetahui mengenai produk investasi. Untuk menggairahkan pasar domestik, maka diperlukan produk pasar modal yang mempunyai pendapatan yang diberikan relatif kompetitif.

Sepanjang tahun 2008 telah terjadi krisis keuangan global yang dimulai dengan krisis pinjaman perumahan di Amerika Serikat (AS) yang berdampak langsung pada pasar modal dunia dan pada akhirnya membawa perlemahan perekonomian dunia. Kinerja pasar modal dunia turun lebih dari 30% dan diikuti oleh penurunan harga komoditas karena berkurangnya permintaan akibat dari pelemahan perekonomian dunia. Penurunan harga komoditas ini membuat ekspektasi inflasi dunia untuk tahun ini dan tahun depan akan rendah sehingga memberikan ruang bagi bank sentral seluruh dunia untuk menurunkan suku bunga sebagai upaya untuk mempertahankan kinerja perekonomian negaranya.
Pasar modal adalah pasar pertama yang terkena dampak dari krisis keuangan global ini. Penurunan kinerja di pasar modal, nilai tukar, dan obligasi yang mengalami penurunan masing-masing lebih dari 50%, 20%, dan 10%, yang terutama disebabkan oleh tingginya tekanan jual dari para investor asing. Dampak pada perekonomian baru mulai terlihat pada kuartal keempat dimana kinerja ekspor mengalami penurunan terutama ekspor ke AS. Sedangkan sektor lain seperti konsumer, perbankan serta industri masih memberikan hasil yang positif seperti terlihat dari laporan triwulanan emiten di Indonesia.
Kinerja emiten di Indonesia tidaklah seburuk emiten lain di AS misalnya, tetapi harga sahamnya turun luar biasa. Krisis keuangan global membuat para investor mengalihkan aset investasi beresiko tinggi seperti saham ke aset yang dianggap aman seperti US Dollar. Jadi secara singkat penurunan kinerja pasar modal kita bukanlah disebabkan oleh faktor fundamental tetapi lebih karena sentimen. Oleh karenanya kami melihat kondisi pasar modal saat ini sangat menarik bagi investor, terutama bagi investor yang memiliki Vision investasi jangka panjang, karena dapat membeli aset investasi berkualitas dengan harga “murah”.

PEMBAHASAN

STRATEGI INVESTASI SAHAM, OBLIGASI DAN OPSI
DI MASA KRISIS GLOBAL
 
Krisis global semakin menjadi-jadi dan dampak dari gelombang krisis yang berpusat dari krisis perumahan di Amerika seolah-olah masih menimbulkan banyak pertanyaan baik di kalangan awam maupun di kalangan ahli keuangan. Bahkan perusahaan keuangan bertaraf internasional yang notabene sudah bertahan lebih dari 1 abad tak bisa bertahan menahan laju gelombang krisis dan akhirnya runtuh tidak mendapatkan pertolongan. Dan dampaknya sudah mulai dirasakan oleh sebagian perusahaan finansial yang lain sehingga menuntut pemerintah mereka untuk turun tangan memberikan bantuan. Bagaimana dengan kita orang awam yang sedang berupaya untuk membangun aset dan menjaga nilai aset kita dari inflasi serta melindungi aset kita agar tidak merugi dalam investasi kita di masa krisis ini.
Mungkin dengan adanya krisis ini kita mulai mengerti betapa pentingnya melakukan persiapan yang matang sebelum berinvestasi. Apa saja yang harus dipersiapkan ketika kita melakukan pengelolaan aset keuangan untuk keluarga kita.

Kenali Diri Anda
Problem yang paling dasar mengenai investasi adalah seringkali orang berinvestasi dengan strategi paling aneh di dunia, yaitu ”portfolio ikut-ikutan”. Sebagai contoh adalah investasi di pasar saham. Ketika market sedang bullish (menanjak), semua orang seolah-olah menjadi pakar investasi dan kemudian memberikan saran kepada orang lain untuk ikut berinvestasi di instrumen yang ia miliki. Padahal belum tentu orang yang mendapat saran tersebut memiliki kesiapan finansial maupun temperamen yang sesuai di dalam investasi tersebut dan memiliki pengetahuan yang sama. Sebelum memulai untuk berinvestasi, seseorang harus mengenali diri dulu ke dalam. Berapa jumlah dana yang dimiliki, kesiapan untuk menghadapi resiko fluktuasi investasi yang dipegangnya, alokasi aset yang sesuai dengan karakternya dalam berinvestasi (konservatif, moderat atau agresif). Begitu pula dengan tingkat pengetahuan mengenai investasi, jika anda merasa pengetahuan anda dalam melakukan investasi minim, lakukan investasi dalam diri anda dulu untuk mempelajari tentang investasi yang anda lakukan atau cari sumber-sumber yang layak untuk dipercaya.

Kenali Lingkungan Anda
Kenali lingkungan investasi anda. Tidak ada investasi yang tidak beresiko. Jika kita perhatikan, ada 2 jenis resiko dalam berinvestasi. Yaitu resiko sistematis dan non-sistematis. Resiko non-sistematis dapat diantisipasi dengan melakukan strategi diversifikasi dari total portofolio anda. Contoh resiko non-sistematis adalah resiko bisnis. Nah, seringkali orang menyusun portofolio investasinya berdasarkan tren waktu tertentu dengan berburu saham-saham unggulan yang sedang naik daun dan seolah-olah tak berhenti untuk menuju ke atas, dan umumnya karena dalam industri yang sama atau merupakan industri pendukung dari saham yang sedang melejit harganya. Akhirnya orang itu menyusun portofolionya layaknya seperti membuat grup paduan suara dengan seluruh anggotanya memiliki satu tipe suara. Sehingga ketika siklus bisnis berbalik arah, seluruh portofolionya ikut berbalik arah dan menimbulkan penyakit jantung bagi pemiliknya. Saya masih memiliki keyakinan, investor yang bijak akan melakukan diversifikasi optimal atas asetnya. Jangan letakkan seluruh telur anda dalam satu keranjang adalah pesan yang utama ketika berkaitan dengan investasi anda.
Resiko yang berikutnya adalah resiko sistematis, resiko ini adalah resiko yang tidak dapat diansitipasi dengan melakukan diversifikasi karena pengaruhnya kepada seluruh aktivitas ekonomi. Contohnya adalah resiko inflasi. Jika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, otomatis kemampuan daya beli dari masyarakatnya akan menurun drastis dan menurunkan konsumsi. Akibatnya seluruh bisnis akan mengalami kelesuan dan berkurangnya tingkat penjualan yang berakhir pada menurunnya nilai saham. Seorang investor pintar juga akan melihat faktor apa yang sedang terjadi dari lingkungannya (situasi politik, ekonomi, sosial) untuk menentukan alokasi asetnya sebelum dia melakukan penempatan modalnya.

Berinvestasi Dengan Konsisten
Strategi yang aman untuk berinvestasi di masa seperti ini adalah dengan melakukan teknik dollar cost averaging untuk jangka panjang. Teknik ini mewajibkan kita untuk secara konsisten berinvestasi di masa suram ataupun cerah. Berinvestasi di pasar modal seperti roller coaster, harga saham bisa tiba-tiba melejit naik sesering harganya melesat turun. Beberapa motivator investasi mengajak para investor untuk melakukan teknik ramal-meramal mencari momentum terbaik untuk berinvestasi. Dengan strategi membeli di harga terendah dan menjual di harga tertinggi, para investor berlomba-lomba menebak kapan saat terbaik untuk membeli dan menjual agar mendapat keuntungan terbesar di waktu yang sesingkat mungkin yang justru seringkali membawa investor ke dalam aksi perjudian ketimbang aksi investasi dan hasilnya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Mayoritas orang yang berhasil menghimpun kekayaannya melalui investasi di saham memperlakukan saham sebagai investasi sesungguhnya. Dengan membeli saham karena nilai bisnis yang akan diberikannya di masa yang akan datang dan mengharapkan apresiasi dari nilainya karena keunggulan kompetitifnya. Tengok saja Warren Buffet, salah satu investor yang paling sukses dan menjadi salah seorang yang paling kaya di dunia. Dia berinvestasi dengan cara yang metodis dan menggunakan filosofi yang sederhana, namun dengan karakter dan strategi yang tepat akhirnya ia bisa mewujudkan kekayaan dengan berinvestasi di saham.Hal ini karena filosofi investasi yang tepat dan terbukti secara konsisten memberikan hasil.
Keberhasilan dalam menempatkan dana anda adalah 90% kunci anda menuju keberhasilan finansial. Hal inilah yang seringkali tidak disadari kebanyakan investor. Tidak perlu memiliki IQ 125 ke atas untuk menjadi investor di saham menurut Warren Buffet, lebih dari itu adalah sia-sia belaka.

STRATEGI INVESTASI SAHAM
Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas, salah satunya yaitu saham. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).
Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir yang tidak stabil disebabkan oleh beberapa hal yaitu krisis ekonomi, naik turunnya harga minyak dunia, bencana alam besar, dan kondisi makroekonomi yang belum pulih. Hal ini diikuiti oleh terjadinya resesi ekonomi yaitu krisis finansial global yang membuat keadaan ekonomi negara-negara di dunia menjadi tidak stabil. Krisis finansial ini menyebabkan suku bunga tinggi, meningkatnya angka inflasi, dan dampak paling berat yaitu merosotnya perekonomian Indonesia. Melihat kondisi tersebut, pemerintah Indonesia selalu berupaya mendorong tingkat pertumbuhan perekonomian dengan membuat berbagai kebijakan diantaranya kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga di Bank Indonesia agar pelaku bisnis bisa leluasa melakukan usahanya.
Upaya yang dilakukan pemerintah ini membutuhkan dana dalam jumlah besar sehingga sangat diperlukan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam bentuk pengerahan dana investasi. Pengerahan dana investasi masyarakat ini dapat melalui lembaga perbankan dan lembaga keuangan non-bank. Salah satu lembaga sumber pendanaan pembangunan di luar sektor perbankan yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian yang bekerja melalui mekanisme pasar adalah melalui pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif penginvestasian dana yang dimiliki masyarakat di samping sektor perbankan dan jenis investasi lainnya. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “ Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Keberadaan pasar modal membuat para investor dapat mengambil keputusan investasi dengan lebih rasional dan masyarakat memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan diversifikasi investasi yang dianggap paling menguntungkan.
Investasi di pasar modal memiliki dua potensi, yaitu deviden yang diharapkan oleh para pemodal dan capital gain. Selain return, kegiatan investasi juga dapat menimbulkan resiko bagi para investor. Semakin besar potensi return yang akan diterima maka semakin besar pula potensi risiko. Jogiyanto (2000) menekankan bahwa risiko investasi ini dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko non sistematis (unsystematic risk).
Krisis finansial global telah berdampak pada pasar keuangan global. Kepercayaan investor menurun. Bursa saham di berbagai negara pun berguguran, tak terkecuali di Indonesia. Banyak investor menderita kerugian besar akibat anjloknya pasar modal.Dalam situasi seperti ini, investor mempunyai sikap bermacam-macam. Ada yang buru-buru menjual saham, ada yang bertahan, ada pula yang malah menambah jumlah investasinya.Pertanyaannya, bagaimana strategi yang pas dalam menghadapi gejolak pasar seperti terjadi saat ini?
Untuk menjawabnya, sesungguhnya itu sangat tergantung pada alasan atau kebutuhan investor dalam menentukan langkah. Setidaknya, ada tiga langkah atau pilihan yang bisa dilakukan oleh investor. Pertama, bertahan (hold). Kedua, menambah investasi (rebalancing). Ketiga, menjual (cut loss).
Ketika kondisi pasar sedang menurun, investor seharusnya tidak perlu panik. Apalagi, jika mereka berpikiran secara matang dan menanamkan dana untuk investasi jangka panjang. Investor jangka panjang adalah investasi minimum 10 tahun.Jika melihat dari sejarahnya, untuk periode investasi jangka panjang menunjukkan bahwa investasi saham terbukti memberikan imbal hasil (return) lebih baik dibanding investasi lain seperti deposito.
Contohnya, pada 1998 ketika penurunan ekonomi besar-besaran sedang terjadi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mencapai 28,20 persen. Saat itu, suku bunga deposito bahkan mencapai 70 persen. Inflasi juga melejit hingga 77,6 persen. Sedangkan, IHSG justru menurun 0,91 persen.Namun apa yang terjadi sembilan tahun kemudian. Pada 2007, suku bunga SBI turun menjadi 6,4 persen dan inflasi 6,59 persen. Sedangkan IHSG sepanjang 2007 naik sebesar 52,08 persen.
Jadi, jika dihitung return selama sembilan tahun menunjukkan bahwa investasi di saham jauh lebih tinggi dibandingkan produk yang lain. Dalam tempo tersebut, return untuk investasi di SBI sebesar 180,93 persen, sedangkan di saham sebesar 583,54 persen. Itu membuktikan, investasi saham lebih berpotensi memberi keuntungan.Karena itu jika mengacu pada perkembangan dan sejarahnya, maka bagi investor jangka panjang semestinya tidak perlu terlalu terpengaruh oleh perkembangan berita-berita di media massa.
Berita soal subscription (penyertaan reksa dana) atau sebaliknya redemption (penarikan) seharusnya bukanlah berita penting bagi investor. Sebab, bagi investor jangka panjang, berita-berita itu bukan dan tidak lagi relevan bagi mereka.Di negara lain, kebanyakan investor produk reksa dana juga berpandangan seperti ini. Mereka tidak terpengaruh oleh pendaftaran atau penarikan reksa dana. Yang menarik perhatian bagi investor adalah memperhatikan manajer investasinya, baik soal kinerja, reputasi, kepercayaan, dan fundamentalnya.Meski begitu, yang tak kalah penting adalah diversifikasi investasi. Untuk meminimalkan dampak atau risiko investasi, investor perlu melakukan diversifikasi investasi.
Investor bisa menyimpan 80 persen dananya dalam bentuk deposito, lantas sisanya sebesar 20 persen ditempatkan untuk membeli saham. Investasi saham ini misalnya dalam jangka waktu lima tahun. Atau bisa pula komposisi sebaliknya. Namun, investor perlu membaca situasi dan mengalihkan investasi ketika salah satu porsi portofolio berkurang.
Misalnya, saat harga saham sedang jatuh sehingga portofolio efek menjadi 10% dan deposito 90%. Namun, pada akhir tahun, investor bisa menarik 10% dana deposito dan disuntik lagi ke saham sehingga porsi kembali imbang 80:20. Biasanya, return berpotensi lebih besar jika investor memakai investasi berimbang.(Analisis ini disarikan dari presentasi Eko Priyo Pratomo, Presiden Direktur PT Fortis Investment dalam acara workshop media "Belajar dari Pengalaman Berinvestasi" di Gedung Adorama, Jakarta, 31 Maret 2009.)


STRATEGI  INVESTASI  OBLIGASI

Obligasi adalah hutang / utang jangka panjang secara tertulis dalam kontrak surat obligasi yang dilakukan oleh pihak berhutang yang wajib membayar hutangnya disertai bunga (penerbit obligasi) dan pihak yang menerima pembayaran atau piutang yang dimilikinya beserta bunga (pemegang obligasi) yang pada umumnya tanpa menjaminkan suatu aktiva.
Obligasi atau kalau dalam bahasa Inggris disebut bond merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan/swasta. Sekarang ini obligasi sudah menjadi sarana investasi masyarakat luas. Sebelumnya obligasi hanya menjadi sarana investasi bagi investor yang memiliki uang dalam jumlah besar. Tapi skarang ini banyak reksadana yang menjadikan obligasi sebagai salah satu jenis investasi dalam komponen portofolio reksadana tsb. Invest dalam obligasi mirip deposito di bank. Bedanya kalau anda membeli obligasi, dapat bunga/kupon yang tetap secara berkala, biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo.
Hal yang sangat berpengaruh di harga pasar obligasi itu perubahan suku bunga deposito. Naik turunnya suku bunga akan berpengaruh terhadap harga pasar suatu obligasi. Hubungan harga pasar obligasi dengan suku bunga deposito mempunyai hubungan berbanding terbalik atau berkorelasi negative. Jadi kalau suku bunga deposito naik, harga obligasi akan turun. Sebaliknya, kalau suku bunga deposito turun harga obligasi akan naik
Di tengah krisis global yang kini melanda, bisa dibilang semua instrumen investasi di pasar modal sedang lesu. Tak terkecuali Obligasi Ritel Indonesia atau biasa disebut ORI, juga terkena imbasnya. Harga ORI001-005 pun sedang jatuh, jauh di bawah harga pokoknya (pari), yaitu 100. Tengok saja, menurut data PT Danareksa Sekuritas, per 27 Oktober 2008 harga ORI di pasar sekunder untuk ORI001 sebesar 95; ORI002 89,75; ORI003 82,5; ORI004 90; dan ORI005 80. Tentu saja, harga ORI ini setiap saat berubah-ubah mengikuti pergerakan pasar.
Turunnya harga ORI dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya, anjloknya Surat Utang Negera (SUN) akibat ditinggal investor, khususnya investor asing yang membutuhkan dana untuk mengatasi kesulitan likuiditas di negaranya masing-masing. Harga SUN mempunyai korelasi terhadap harga ORI karena sama-sama obligasi negara.
Berdasarkan data Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, kepemilikan asing atas SUN mencapai Rp 96,62 triliun (per 22 Oktober 2008), atau 17,83% dari total SUN yang berada di pasar sekunder sebesar Rp 541,7 triliun. Kepemilikan asing atas SUN itu terus menurun. Per 28 Oktober nilainya menjadi Rp 93,06 triliun. Padahal pada 10 Oktober lalu masih sebesar Rp 99,54 triliun. Pemerintah pun sedang berupaya menjaga harga SUN dengan cara melakukan buy back instrumen ini di pasar sekunder.
Nah, sebagai konsekuensi dari harga obligasi yang turun, imbal hasilnya (yield) mengalami kenaikan karena itu hukum pasarnya. Banyak yang beranggapan inilah saatnya mengoleksi ORI di pasar sekunder, sebab dianggap menjanjikan untuk investasi jangka panjang. Malah Guntur Pasaribu, Direktur Perdagangan Derivatif dan Fix Income, Keanggotaan dan Partisipan Bursa Efek Indonesia (BEI), menyarankan agar dana pensiun dan asuransi membeli ORI yang dilepas pemodal di pasar sekunder. Pasalnya, spread yield ORI terhadap BI Rate (9,5%) semakin besar, yaitu berkisar 3,5%-5%.
Dengan perbedaan yang cukup lebar itu, menjadi alasan kalau ORI itu masih menarik untuk dikoleksi. “Pada akhir 2007, spread antara yield ORI dan BI Rate masih berada di posisi 0,5%-1%, tetapi saat ini sudah lebih lebar dan potensial untuk dikoleksi,” kata Guntur menegaskan. Malah spread itu bukan lagi cukup tinggi, tapi sudah tinggi sekali. Contohnya, ORI001 yang jatuh tempo Mei 2009 harganya stagnan di posisi 98,30%; sedangkan imbal hasilnya sekarang (current yield) naik 0,09% ke 14,36%. Harga ORI002 yang jatuh tempo Maret 2010 naik 0,05% ke 90,21%; sedangkan current yield-nya, meski turun 0,13%, masih di posisi 17,14%.
Menguatkan pendapat Guntur, Edwin Syahruzad, Head of Debt Capital Market Danareksa, menghitung, imbal hasil hingga jatuh temponya (yield to maturity/YTM)). Menurutnya, YTM ORI001 sebesar 19%; ORI002 17,5%; ORI003 17,2%; ORI004 17,4%; dan ORI005 17,8%. Hanya saja, meski imbal hasilnya menarik, banyak investor yang mengerem berinvestasi ORI di pasar sekunder. “Para investor lagi takut berinvestasi tidak hanya di ORI,” katanya menginformasikan.
Memang, transaksi ORI di pasar sekunder tidak seramai sebelum krisis global, meski tanda-tanda bergairah kembali selalu ada. Menurut Guntur, volume transaksi ORI di pasar sekunder per harinya: April Rp 327 miliar; Mei Rp 265 miliar; Juni Rp 284 miliar; Juli Rp 264 miliar; Agustus Rp 123 miliar; dan September Rp 141 miliar. “Jika dirata-rata, dari Januari sampai September tahun ini nilai transaksinya Rp 226 miliar per hari,” ujarnya.
Setiap seri ORI memiliki karakteristik tersendiri. Namun, kalau dilihat dari sisi likuiditas transaksi, ORI002 dan ORI004 yang paling likuid. Sekadar mengingatkan, ORI002 diterbitkan pemerintah pada 28 Maret 2007 dan jatuh tempo 28 Maret 2010. Total dana yang terhimpun mencapai Rp 6,2 triliun dengan kupon senilai 9,28% per tahun.
Sementara ORI004 diterbitkan pada 12 Maret 2008 dan jatuh tempo 12 Maret 2012. Dana yang terhimpun Rp 13,4 triliun dengan kupon 9,5% per tahun. “Dari segi transaksi, ORI004 yang paling aktif diperdagangkan dengan rata-rata tiap bulannya mulai Maret 2008 sebesar Rp 2 triliun,” ujar Edwin sambil menginformasikan, volume transaksi ORI di pasar sekunder rata-rata per bulan selama Januari-September 2008 mencapai Rp 4,6 triliun.
Andi, investor yang mengoleksi ORI002 dan ORI004, mengatakan, dalam menghadapi kondisi sekarang ia lebih merasa aman tidak mentransaksikan instrumen investasi yang dijamin pemerintah ini. Alasannya, lagi-lagi lantaran harganya sedang anjlok. “Mendingan saya simpan dulu sampai kondisi memungkinkan. Toh, saya masih menikmati kuponnya yang dibayar pemerintah tiap bulan,” tutur Andi tanpa mau menyebutkan seberapa besar investasinya di ORI itu.
Sebelum krisis, Andi juga tergolong aktif membeli dan menjual ORI di pasar sekunder. Yang ia cari adalah capital gain dari harga ORI. Misalnya, membeli ORI di harga 100, maka ketika harganya 102 ia akan menjualnya. Menurutnya, untuk bisa membeli ORI di pasar sekunder, caranya gampang: tinggal mengontak agen penjual seperti bank atau perusahaan sekuritas sedikitnya Rp 5 juta atau kelipatannya. Nantinya, baik dari kupon maupun capital gain yang diperoleh sebelumnya akan dipotong pajak 20% final. “Membeli ORI di pasar sekunder sama seperti membeli saham,” ia menerangkan.
Dilihat dari karakteristiknya, ada kencenderungan investor ORI yang individual lebih suka memegang instrumen investasi ini hingga jatuh tempo. Di samping menikmati kupon bunga yang dibayarkan setiap bulan, meski harganya sekarang turun, pada saat jatuh tempo pemerintah akan membeli kembali pada harga pokoknya (100). Maka, yang lebih banyak bertransaksi ORI di pasar sekunder adalah investor institusi seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, bank dan manajer investasi. “Kemungkinan saat ini ORI yang jadi incaran adalah ORI001 dan ORI005 karena kupon bunganya cukup tinggi, yakni masing-masing 12,05% dan 11,45%,” ujar Edwin. Pertimbangannya, di samping harganya lagi murah, juga mengharapkan keuntungan dari kupon.
Lalu pertanyaannya, lebih menguntungkan mana membeli ORI langsung di pasar sekunder atau yang sudah dipaket lewat manajer investasi? Guntur menjelaskan, sebenarnya dua hal itu tak bisa dibandingkan langsung. Kalau berinvestasi langsung di pasar sekunder, bisa dilakukan seperti yang sudah dijelaskan Andi di atas.
Namun, kalau lewat manajer investasi (fund manager), investasinya melalui unit penyertaan reksa dana yaitu reksa dana fix income yang berbasis obligasi/ORI, atau reksa dana terproteksi yang basis investasinya pada ORI. “Kalau dilihat dari sisi perpajakan akan menguntungkan membeli lewat manajer investasi sebab tidak dipotong pajak, tidak seperti membeli ORI dipotong pajak 20%,” kata Guntur.
Yang jelas, baik berinvestasi di reksa dana maupun ORI disarankan untuk jangka panjang. Dan, berinvestasi di ORI akan memperoleh keuntungan sendiri, yakni kupon dan harga pokoknya pada saat jatuh tempo akan dibayar oleh pemerintah dan dijamin oleh undang-undang sehingga aman.
Kalau toh saat ini ada kecenderungan kenaikan SBI, menurut Guntur, tidak akan berpengaruh banyak terhadap harga ORI, sebab spread antara bunga SBI dan yield ORI sudah cukup jauh. Yang harus diperhatikan saat ini, kondisi pasar global yang masih gonjang-ganjing dan rada sulit memprediksi arahnya. Hanya saja, sisi fundametal perekonomian Indonesia cukup baik, sehingga cukup melegakan.
Nah, bagi mereka yang memiliki dana 1-3 tahun, Guntur menyarankan, bisa masuk ORI saat ini di pasar sekunder karena harganya lagi murah. Namun, sebelum membeli tanya dulu berapa harga ORI-nya. Bandingkan harganya antara satu agen dengan agen penjual ORI lainnya, seperti bank, untuk mendapatkan harga yang bagus. Setiap agen harganya berbeda, sebab ORI juga diperjualbelikan secara over the counter di luar bursa. Namun, acuan harganya tak akan beda jauh.
Edwin menambahkan, yang perlu diperhatikan sekarang adalah berbagai ekspektasi seperti terhadap suku bunga, premi risiko dari negara ini, bagaimana ekonomi dunia, dan nilai tukar mata uang. Semua terbundel menjadi satu. “Faktor-faktor ini yang akan membuat para investor berani atau tidak berinvestasi di ORI,” ia menuturkan. Dan, biasanya investor akan masuk kalau harga sebuah instrumen investasi lagi murah plus ada berita pasar membaik. Demikian pula berinvestasi di ORI.

Simulasi Investasi ORI di Pasar Sekunder

Seorang investor akan membeli ORI005 di pasar sekunder sebesar Rp 500 juta dan harga di pasar sekunder saat ini 84%. Seperti diketahui ORI005 diterbitkan pemerintah pada 3 September 2008 dan akan jatuh tempo 15 September 2013 dengan kupon 11,45% per tahun.

Perhitungannya:
A. Kupon yang dibayarkan per bulan
= 11,45% x Rp 500 juta x (1/12)
= Rp 4.770.833 atau Rp 3.816.666 (setelah dipotong pajak 20% final)
B. Capital gain jika dipegang hingga jatuh tempo
= Rp 500 juta x (100%-84%)
= Rp 80 juta atau Rp 64 juta (setelah dipotong pajak 20% final)
( Sumber: PT Danareksa Sekuritas )

STRATEGI  INVESTASI  OPSI
Options merupakan instrumen derivative dari saham dimana option adalah
kontrak untuk hak (right) memperjual belikan saham atau underlying  assets lainnya pada harga dan waktu tertentu CALL Option yaitu hak untuk membeli ,PUT Option yaitu hak untuk menjual
Option style yang dikenal adalah: European option dimana jatuh tempo
(expired) hanya pada tanggal tertentu bila di exercise sedangkan  American option dapat di exercise sewaktu-waktu di dalam tenggang  tanggal jatuh tempo
Option merupakan instrumen yang lumayan sulit dimana kita perlu adanya
ke hatian-hatian dalam mempelajarinya, sebaiknya kita perlu  mempelajari basic option sebelum melangkah lebih lanjut, anda dapat  mempelajari basicnya dari ikut seminar atau beli buku-buku mengenai  option atau belajar dari yang sudah main option. Tapi sekali lagi
hati-hati banyak seminar option yang tidak mengajarkan dengan benar  atau memberikan pengertian yang salah kepada pesertanya bahkan ada  indikasi penipuan dan telah dituntut ke pengadilan, seperti yang  terjadi si Singapore. Selain biaya seminar sangat mahal dan bila anda  mempunyai basic / dasar yang keliru, anda akan membawanya sepanjang  trading anda dan akibatnya mudah di tebak.. bangkrut.
Benarkah option dapat membawa kemakmuran? Option bisa membuat anda kaya bahkan sangat kaya, hal itu adalah benar dan saya bisa membuktikannya, TAPI sangatlah sulit untuk menjadikan anda kaya dari option karena alasan:
Kalau anda pemegang PUT dari option saham BearStren (kalau ngga salah kodenya:BSC) dan LEH Bear sebelum bangkrut berada pada harga $65 dengan harga option PUT $60 pada bulan yang bersangkutan $2,3, kemudian harga saham Bear menjadi hanya $0,98, sedangkan harga PUT option anda menjadi $60 x 100 = $6,000 - $230 = $ 5,770 per 1 KONTRAK SAJA Juga dengan LEHMAN BROTHERS harga PUT $10 hanya $0,11 ($11) per 1 KONTRAK menjadi $1,000 Masih banyak lagi yang lain seperti Wachocia Bank (Bank No.5 di US sebelum "bangkrut) atau Washington Mutual
Masalahnya informasi yang ada seringkali menyesatkan misalnya LEH sebelum bangkrut harga sahamnya dinaikan dari $5 menjadi $17 kemudian beberapa hari kemudian menjadi $0, anda tidak bisa passang posisi PUT terus-terusan, bisa-bisa modal anda bisa habis duluan sebelum anda menang.
Option memang bisa digunakan sebagai cara untuk kaya tapi ingin cepat-cepat kaya menjadikan anda greedy dan selanjutnya mudah di tebak, anda akan bangkrut, karena berdasarkan statistik banyak yang kalah dibandingkan segelintir orang yang menjdai kaya.
Options Trading menawarkan begitu banyak pilihan strategi trading bagi para trader, masing-masing dengan tingkat yang berbeda dari segi keuntungan dan resiko. Dalam bagian ini, kita akan belajar tentang berbagai macam strategi options trading, dan bagaimana mereka dapat diterapkan ketika kita berhadapan dalam situasi market yang berbeda. Setelah membandingkan strategi yang berbeda, kita akan mengerti setiap strategi dan menerapkan pilihan strategi yang tepat pada portofolio kita. Kita dapat memulai dari strategi dengan resiko yang minimal, namun menguntungkan dan kemudian beralih ke strategi yang lebih beresiko namun metode yang sangat menguntungkan.
Pada umumnya ada beberapa strategi yang berbeda yang dilakukan oleh Trader saham, masing-masing memiliki efek ketika diterapkan pada options trading. Kita akan membahas berbagai type pemain saham dan pilihan strategi mana bagi option trader yg tepat untuk masing-masing type tersebut.

1.      Long Term Trader (Long Stock OR Long Short)
Yaitu dengan membeli saham dan menahannya selama jangka waktu yang lama. Trader bertype ini biasanya membeli saham berdasarkan fundamental dari perusahaan. Mereka akan sering menunggu saham untuk mencapai harga yang bagus, dan kemudian mengawasi suatu institusi/lembaga atau orang dalam (insider) membeli sebelum membuat harga bergerak. Ketika harga saham sudah bergerak, mereka melihat dan menunggu untuk pembeli lain (follower) sehingga harga bergerak lebih jauh.
Lalu pilihan strategy options mana yang sesuai dengan kondisi diatas?
Pilihan strategy long call dan long put TIDAK sesuai, karena kita akan membayar premi yang besar untuk TIME DECAY (penyusutan nilai waktu), TIME DECAY adalah musuh dari strategy long call/put karena harga options anda akan berkurang/menyusut dari waktu ke waktu, bahkan ketika harga saham naik.
Strategy covered call dan covered put adalah strategy terbaik untuk kondisi diatas. Dengan strategy ini setiap bulan maka kita dengan signifikan mengurangi biaya yang kita bayarkan untuk saham dalam perdagangan pertama. Bahkan jika saham naik atau turun (selama harga saham masih diatas/dibawah strike price options), kita masih bisa mendapatkan keuntungan .
2.      Momentum Trader
Trader bertype ini biasanya membeli saham berdasarkan technical analisis dari harga saham. Setelah sebuah saham telah membuat arah dan trend yang jelas, trader bertype ini akan masuk, dan harga saham akan naik di sepanjang kecenderungan pembalikan (rebound) besar pertama. Trader biasanya memegang saham dalam periode pendek hingga menengah. (sebulan sampai 3 bulan)
Pilihan strategy long call dan long put TIDAK sesuai, karena kita akan membayar premi yang besar untuk TIME DECAY (penyusutan nilai waktu), TIME DECAY adalah musuh dari strategy long call karena harga options anda akan berkurang/menyusut dari waktu ke waktu, bahkan ketika harga saham naik.
Strategi Credit Vertical Spread adalah strategi yang terbaik dan sangat menguntungkan untuk pilihan kondisi ini. Yang dimaksud dengan Strategi Credit Vertical Spread adalah dengan melakukan sell dan buy options sekaligus di strike price yang berbeda pada bulan expiration yang sama. Mengapa strategi ini menguntungkan ?? Karena ketika kita menjual spreads yang pada kaki yang berlawanan dari arah harga saham, kita dapat membeli kembali (buy back) spread tersebut dengan biaya minimum dan menjual lagi spread yg lain. Demikianlah kita lakukan secara berulang ulang. Keuntungan terbesar dari strategi ini adalah TIME DECAY menjadi teman kita.
Menjual Naked Puts adalah strategi yang baik, dan bahkan dapat lebih menguntungkan daripada menjual credit vertical spread. Namun, strategi ini memungkinkan posisi kita harus membeli banyak saham jika berlawanan dengan perkiraan kita, sehingga broker mengharuskan kita untuk memiliki banyak margin.
3.      Short Term Trader (Trader Jangka Pendek)
Biasanya Trader bertype ini umumnya memegang saham kurang dari sebulan bahkan kurang dari seminggu. Mereka membeli dan menjual saham berdasarkan teknikal dan fundamental analisis. Jadi sangat tergantung dengan teknikal indicator dan berita-berita. Jika kita ahli dalam menganalisa indicator kapan harga saham akan melakukan pembalikan (rebound) maka pilihan strategy untuk options trader adalah strategi long call dan long puts. Jangan menahan Options terlalu lama (lebih dari 2 minggu) untuk menghindari harga options kita habis "termakan" oleh TIME DECAY.
4.      Day Trader
Umumnya Day trader fokus pada pergerakan harga yang terjadi selama hari perdagangan, terutama yang ditunjukkan oleh pola candlestick, sehingga diperlukan pengetahuan yang sangat luas tentang indicator-indikator dan analisanya. Trader seperti ini umumnya menatap layar computer berjam-jam.

KESIMPULAN

Perekonomian global sedang menghadapi berbagai ketidakpastian, terutama terkait dengan krisis utang di Eropa yang semakin dalam dan juga proses pemulihan ekonomi AS yang berjalan lambat.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi pergerakan pasar finansial yang terus terguncang-guncang hingga menjelang akhir tahun. Beberapa cara investasi cara lama dinilai sudah tidak bisa berlaku lagi di tengah kondisi ini. Bagaimana kita bisa bertahan di masa penuh ketidakpastian ekonomi global seperti sekarang ini?
Berikut ini adalah kesimpulan cara untuk memproteksi investasi saham, obligasi, dan opsi dalam krisis global :

1. Beli dan Tahan Portofolio Sesuai Risiko
Zaman sekarang, jika membeli saham atau obligasi dan berencana menahannya kalau bisa selama mungkin bisa menjadi sangat berbahaya pada investasi itu. Strategi beli dan tahan hanya berjalan baik jika pasar terus bergerak ke atas dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi sebenarnya cara ini sudah tidak efektif sejak sepuluh tahun ini.“Anda harus menjadi penjelajah hutan ketimbang jadi pejalan kaki di trotoar,” kata Ekonom Gary Shilling. Terus monitor portofolio anda dan bersiaplah menjual saham yang sudah masuk tren melemah, lalu pindah ke saham yang siap menguat.
2. Diversifikasi Investasi Tidak akan Menyelamatkan Anda
Saat krisis di Oktober 2007 hingga Maret 2009 yang sangat menghancurkan seluruh pasar saham di dunia, Indeks S&P 500 terjun bebas lebih dari 57%. Tak satu pun sektor atau industri yang mampu bertahan atas serangan itu. Warren Buffett pernah mengatakan : “Diversifikasi adalah proteksi kepada investasi anda, ini sangat masuk akal bagi mereka yang benar-benar mengerti.” Anda Warren Buffett atau bukan? Boleh saja mendiversifikasi, tapi ingat, terlalu banyak investasi di sektor yang berbeda tidak akan memberikan proteksi maksimal.
3. Price/ Earning yang Rendah Sebanding dengan Hasil Investasi
Banyak broker dan analis memburu saham-saham dengan price/earning yang masih di bawah rata-rata dan nilai buku. Cara yang terlalu mengikuti ‘panduan buku’ ini terbukti malah menjadi jebakan saat krisis finansial, saat kekeringan likuiditas menghancurkan nilai aset dan laba. Bahkan, sampai sekarang saham-saham murah yang dulu hancur belum bisa bangkit kembali
4. Pajak Adalah Kunci Berinvestasi
Dengan perhitungan profesional bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 6% per tahun, adanya pengembalian pajak di salah satu instrumen investasi bisa menghasilkan perbedaan yang cukup besar. Siapkan strategi, pisahkan obligasi yang bakal terkena pajak dari instrumen investasi jangka pendek dan dana pensiun. Tahan saham-saham jangka panjang yang akan terkena pajak untuk menutupi kekurangan yang didapat dari saham-saham jangka pendek yang bebas pajak.
5. Ambil Keuntungan dari Volatilitas
Volatilitas pasar tidak akan benar-benar hilang. Volatilitas pasar-pasar saham di dunia sudah meningkat hampir dua kali lipat sejak pertengahan tahun 2000. Sebagai contoh, di tahun 2011 ini indeks the S&P 500 sudah naik-turun lebih dari satu persen dalam 75 perdagangan. Manfaatkan volatilitas ini untuk meraup untung. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah cari kesempatan beli ketika indeks berada di bawah.
6. Awasi Gerak-gerik Politisi
Era baru di masa penuh ketidakpastian sudah hadir. Berita-berita dan kejadian politik kini lebih mempengaruhi pergerakan indeks ketimbang faktor-faktor fundamental, seperti perolehan laba emiten. Sebagai contoh, pada awal Agutus 2011 lalu, banyak saham blue chip berfundamental baik tiba-tiba anjlok saat pelaku pasar menanti keputusan rapat kongres AS mengenai masalah gagal bayar. Faktor fundamental masih memegang peranan penting, tapi perhatikan juga pergerakan para politisi.
7. Perhatikan Biaya Investasi, Jangan Terlalu Boros
Biaya dan nilai investasi yang besar mendorong imbal hasil yang tinggi secara jangka panjang. Akan tetapi, penelitian terbaru atas pertumbuhan finansial oleh DAL Investment Co menunjukkan besar tidaknya nilai investasi tidak bisa menjadi prediksi imbal hasilnya. Bagaimana dengan komisi broker? Tingginya kompetisi mendorong komisi tersebut turun dengan sendirinya. Jadi, hindari komisi yang tinggi dan pengeluaran yang tidak perlu. Jika anda bukan investor yang pasif, maka jangan biarkan biaya yang tinggi mengganggu rencana investasi anda.
8. Tak Perlu Menunggu Lama Untuk Meraup Laba Hasil Investasi
Beberapa tahun lalu, hanya saham-saham yang sudah ‘matang’ yang bisa menghasilkan dividen tinggi, atau obligasi yang sudah ‘pensiun’. Saat ini, dengan selisih bunga yang tipis antara keuntungan dan tingkat inflasi, ada beberapa instrumen yang bisa memberikan hasil 5% lebih banyak. Penelitian membuktikan, secara jangka panjang para pemberi dividen berkinerja jauh lebih baik ketimbang saham non-dividen, dan lebih stabil juga.
9. Berinvestasi dengan Target, Jangan Melawan Indeks
Anda mungkin sering mendengar saham-saham yang berkinerja jauh lebih tinggi ketimbang indeks bursa tersebut. Ini biasanya digunakan menarik anda kepada saham-saham berjenis serupa dengan jaminan akan imbal hasil yang tinggi. Namun, ada baiknya berkonsentrasi ke target yang spesifik ketimbang harus melampaui kinerja indeks saham gabungan. Target ini mirip dengan tujuan hidup, seperti memilih tempat kuliah atau kapan anda akan pensiun.
10. Kembangkan Jaringan untuk Ide-ide Baru
Manaajer investasi yang baik adalah yang bisa menggabungkan riset dan pembelian saham dengan baik. Internet memberikan konektifitas yang baik antara keduanya. Sering-seringlah membuka laman web profesional seperti LinkedIn hingga laporan mendalam soal investasi di Value Investors Club. Selain itu, ada ValueForum.com, sebuah forum yang hampir tiap hari membicarakan soal imbal hasil dan sektor-sektor investasi.
11. Atur Kembali Penasihat Keuangan Anda
Daripada memberikan ongkos penasihat keuangan yang biasanya satu persen per aset tiap tahun, anda bisa meminta untuk nasihat sekali jalan. Bayarlah sekitar US$ 250-400 per jam untuk meninjau kembali seluruh portofolio investasi anda lengkap dengan tujuan investasi berikutnya, juga kemungkinan-kemungkinan jika ada perubahan situasi. Setelah itu, jelajahi internet dan banyaklah belajar mengenai investasi. Anda akan sadar bahwa terlalu banyak uang yang telah dikeluarkan untuk penasihat keuangan anda.
12. Tetapkan Batas Jual Sebelum Beli
Banyak nasihat mengenai investasi yang intinya membantu anda memberi gambaran mengenai apa dan kapan harus beli. Tetapi ada yang lebih penting di tengah situasi yang serba fluktuatif ini, yaitu tahu kapan harus jual. Editor American Association Individual Investors Journal Charles Rotblut menganjurkan anda punya batas jual, bahkan sebelum lakukan aksi beli. Batas ini menghindari risiko saat terjadi panik jual ataupun merugi terlalu dalam.
13. Mengekor Investor yang Lebih Lihai
Tidak ada salahnya jika anda meniru cara-cara berinvestasi investor maupun ‘orang dalam’ di sebuah perusahaan yang sekiranya terpercaya. Investor profesional banyak melakukan hal ini. Anda bisa mengecek siapa saja pemilik di saham-saham unggulan. Pergerakan mereka bisa diperhatikan untuk diikuti ke saham-saham mana saja mereka masuk dan mereka lepas. Laman seperti www.marketfolly.com, www.guru­focus.com dan www.insiderscore.com punya update soal pelaku hedging dan pergerakan orang dalam alias insider.
14. Jadilah Analis Riset Online
Semua peralatan yang dibutuhkan untuk menjadi investor yang lebih baik hanya tinggal satu ‘klik’ saja. Banyak broker dan perusahaan investasi menawarkan edukasi investor dan kebutuhan riset secara online. Situs lain seperti Ycharts.com, Trefis.com, Finviz.com, Stockcharts.com dan Riskgrades.com, memberikan analisis yang biasa digunakan para profesional.
15. Masuk ke Valas untuk Melebarkan Sayap Investasi
Saat ini sudah ada sekitar 1.100 perusahaan investasi yang bermain di bursa valas dengan dana kelolaan lebih dari US$ 1 triliun. Tidak semuanya bagus untuk anda, namun cara ini cukup terjangkau untuk melebarkan sayap investasi. Mereka juga biasanya memberikan akses luas ke nilai tukar asing, komoditas, dan pasar saham luar negeri, seperti Swiss franc, Brazil dan Turki.
16. Selalu Pegang Uang Tunai Dengan Jumlah yang Cukup
Salah satu pelajaran berharga dari krisis tahun 2007-2009 lalu adalah sulitnya mencairkan dana anda sendiri saat pasar sedan jatuh. Jika anda ingin tidur nyenyak tiap malam, lupakan sejenak keuntungan margin dan siapkan uang tunai dalam genggaman anda. Dari yang biasa hanya 10% dari kekayaan anda, tidak ada salahnya jika dinaikkan hingga 40%.
17. Tidak Ada Salahnya Mengejar Performa
Banyak orang bilang salah besar jika berinvestasi hanya karena melihat performa masa lalu. Namun, ahli investasi Dan Wiener menemukan bahwa sejak tahun 1981 jika anda sudah berinvestasi pada saham yang tahun sebelumnya naik cukup tinggi, maka bisa memberikan imbal hasil lebih dari 16,4% dibandingkan kenaikan pasar saham yang hanya 11%
18. Cari Pertumbuhan di Pasar Global
Amerika Serikat (AS) mungkin akan mengalami perlambatan ekonomi dalam waktu yang cukup lama. Jika adan ingin mengejar keuntungan, maka ada baiknya berinvestasi di pasar yang sedang tumbuh seperti Brazil dan China. Jangan bergantung pada saham-saham perusahaan multinasional tapi sebenarnya hanya ditransaksikan oleh pemain domestik. Cara yang paling mudah berinvestasi di pasar modal berkembang yang masih seksi adalah memakai e-broker juga situs riset seperti ETFchannel.com.
19. Jangan Buru-buru Jual, Masuklah Saat Pasar Turun
Daripada anda mencairkan dana, sebaiknya anda masuk saat pasar saham jatuh, saat orang lain melakukan aksi jual yang tidak masuk akal, tapi dengan hasil riset yang matang. Investor asal California Bob Matteucci memborong saham Nordstrom tepat saat krisis finansial yang waktu itu harganya hanay US$ 8. “Ini seperti berlian yang siap dipungut, kata Matteucci. “Hidup ini bukan menunggu badai berlalu, tetapi bagaimana caranya belajar berdansa di tengah hujan,” katanya.
20. Jangan Terlalu Lama Pegang Obligasi
Memegang obligasi dalam waktu yang lama atau menunggunya sampai ‘matang’ biasanya dilakukan untuk melawan perubahan tingkat suku bunga. Ahli Investasi Fixed Income Richard Lehmann tidak sepakat dengan saran tersebut, karena tingkat suku bunga saat ini tidak terlalu tinggi. “Ini bukan kurva imbal hasil yang normal, dan anda tidak perlu melindungi diri anda,” kata Lehmann. Sebaiknya cari penggerak investasi lainnya.


buka contoh marketing : http://indriramadhaniekonomi.blogspot.co.id/2013/05/strategi-investasi-saham-obligasi-dan.html

No comments:

Post a Comment