Konicare Menantang Cap Lang dan Nyonya Meneer

 iklan cap lang 1999 - Bisnis minyak kayu putih dan minyak telon kian ramai dengan kehadiran
    Konicare dan Johnson & Johnson. Bagaimana pemain tradisional menghadapinya?
    Boleh jadi, tak satu pun keluarga Indonesia yang tidak kenal minyak kayu
    putih dan minyak telon. Dua produk tradisi ini sering digunakan untuk
    menggosok bayi setelah dimandikan. Tujuannya, menghangatkan badan dan
    mencegah masuk angin. Pasar pun dipenuhi banyak pemain dan merek. Ada yang
    lokal, ada pula yang berskala nasional. Namun, tampaknya, peluang pasar
    masih terbuka. Buktinya, Johnson & Johnson -- salah satu pemain kelas dunia
    di bidang produk perawatan bayi -- juga meluncurkan minyak bayi yang
    mengandung minyak kayu putih. Lalu, masih ada Konicare, anak perusahaan
    Konimex, salah satu produsen obat OTC terkemuka di Indonesia.

    Hal itu dibenarkan oleh Ayi Mulyawan, Manajer Promosi dan Riset Jamu Air
    Mancur. Menurutnya, Nyonya Meneer masih mendominasi pasar minyak telon,
    sedangkan pemimpin minyak kayu putih adalah Cap Lang. "Pasarnya masih
    terbuka sekali, sayangnya promosinya belum digarap serius," katanya.
    Misalnya Cap Gajah, yang --ternyata -- juga pemain besar, tidak setenar
    Konicare di kota-kota besar. Namun, dialah saingan terberat Cap Lang. "Kami
    hanya menggunakan radio di daerah untuk merebut segmen pedesaan, biasanya
    program sandiwara daerah," papar Herman Antonius, Manajer Pemasaran PT
    Eagle Indo Pharmaceutical Laboratories, produsen Cap Lang.

    Di pelosok-pelosok desa Jawa Tengah konsumen memang lebih mengenal Gajah
    dan Lang. Menurut Herman, 60% dari total penjualan Cap Lang di Pulau Jawa,
    walau pemasarannya sudah di seluruh Indonesia. Konicare juga masuk ke
    bidang ini karena menilai ada peluang pasar, demikian kata sumber SWA di
    perusahaan tersebut yang enggan disebut jati dirinya. Ia menjelaskan,
    produk Konicare 100% tradisional, sama saja dengan produk sejenis lainnya.
    Keunggulannya, aromanya lebih enak. Anak perusahaan Konimex itu meluncurkan
    lima produk, yaitu minyak kayu putih, minyak telon, minyak gosok, bedak
    kulit dan bedak biang keringat, yang diposisikan sebagai produk
    pemeliharaan kesehatan anak-anak. Karena target pemakainya anak-anak,
    Konimex melakukan strategi kampanye iklan yang diarahkan ke kaum ibu.
    Konicare, misalnya, mensponsori kegiatan acara keluarga di televisi yang
    dianggap lebih pas untuk mengomunikasikan produknya. Dari data AC Nielsen,
    sepanjang 1998 Konicare mengeluarkan sekitar Rp 10 juta untuk promosi
    minyak telonnya, lalu Januari-Mei 1999 sekitar Rp 4,9 juta.

    Darmadi, pengamat pemasaran dari Institut Bisnis Indonesia, menilai langkah
    Konicare sangat tepat. Alasannya, Konicare merupakan sesuatu yang baru,
    baik untuk produk itu sendiri maupun dikaitkan dengan citra Konimex sebagai
    produsen farmasi modern. Tahap awal untuk memasarkannya adalah pengenalan
    dengan menciptakan awareness, bukan memaksimalkan pasar. Langkah beriklan
    Konicare yang spesifik ini menjadikan irit biaya dan efisien karena
    targetnya pas. Kehadiran produk-produk Konicare tampaknya cukup
    diperhitungkan oleh pemain lama di bidang tersebut. Cap lang, misalnya,
    kendati tetap disasarkan ke semua segmen masyarakat, produsennya mulai
    mengayunkan berbagai langkah untuk membendung pendatang baru yang cenderung
    lebih agresif itu. Apalagi, seperti dikemukakan Herman, penjualannya
    merosot 30% pada 1998.

    Cap Lang segera berinisiatif memberikan bonus dan menuru
nkan harga,
    sehingga penjualan segera membaik kembali. Ia mengakui, penurunan penjualan
    itu antara lain karena masuknya pemain baru dan turunnya daya beli
    masyarakat. Khawatir? "Saya rasa semua begitu. Sekarang kami harus lebih
    waspada, tidak hanya memperhatikan pemain besar, harus waspadai pemain
    kecil karena mereka bisa bergerilya," papar Herman, "Kalau tidak, tahu-tahu
    pasar kami sudah digerogoti, apalagi produk tradisional mudah diproduksi."
    Salah satu yang kecil dan baru muncul adalah Tresnojoyo. Minyak kayu putih
    dan minyak telon produksi PT Igatama Nusantara Permai (INP) ini malah masih
    mencari-cari positioning-nya. Agus Sulistio -- pemilik sebagian saham INP
    -- tidak ingin produknya menggusur Cap Lang dan Cap Gajah yang dianggapnya
    terlalu kuat. "Tresnojoyo hanya ingin sedikit merebut ceruk pasar yang
    masih ada dan ini masih rencana jangka panjang," ungkap Agus. Promosi sejak
    1997 pun hanya lewat radio; paling sering di Sonora (Jakarta). "Kami ingin
    konsentrasi di Jabotabek, dan Sonora dipilih karena sesuai dengan segmen
    pasar yang dibidik, yaitu menengah-atas di perkotaan," papar Agus.
    Distribusi Tresnojoyo tampaknya masih seret. Produk ini agak sulit
    ditemukan di apotik dan toko obat.

    Gerai tampaknya masih didominasi Cap Lang dan Nyonya Meneer. Di satu apotik
    di Jakarta Selatan, menurut staf apotik tersebut, minyak kayu putih Cap
    Lang dengan ukuran 120 ml dan 60 ml bisa terjual 15 botol/bulan. Namun,
    apotik di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mampu menjual minyak kayu putih
    Konicare 50 botol/bulan untuk ukuran 50 ml. Darmadi masih melihat Konicare
    kelak bisa lebih sukses apabila membenahi beberapa hal. "Harus selalu
    ditegaskan bahwa Konicare itu milik Konimex," saran dia. Caranya, dengan
    membangun arsitektur di mana nama perusahaan mendukung nama merek, karena
    selama ini mungkin masih ada kebingungan dari mana asal Konicare. Bila
    orang sudah tahu dan selama ini percaya pada citra Konimex, Dar
madi yakin,
    Konimex bisa meraih keuntungan dalam mempercepat proses tumbuhnya Konicare.
    "Bahkan, bisa mematikan pemain yang sudah ada," tambahnya.

    Tahap pengenalan jangan melulu lewat iklan, tetapi juga dengan melakukan
    price packing di pasar. Misalnya, pembeli Paramex (obat sakit kepala
    Konimex) diberi bonus Konicare. Langkah seperti ini biasanya dapat
    menunjang keberhasilan produk baru. Mungkin ini juga bisa dijalankan Air
    Mancur yang memiliki minyak telon dengan merek Babiku. Ayi mengatakan,
    mereka ingin mengembangkan strategi komunikasi yang rasional terhadap
    produknya agar dipilih banyak kalangan. Tidak mudah dan pasti butuh biaya
    besar, karena harus berhadapan dengan merek internasional seperti J&J atau
    P&G. Dan persaingan tampaknya bakal makin seru. Akhir t
ahun ini, Air Mancur
    akan mengeluarkan minyak kayu putih. Mau melawan Konicare?(o)

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang iklan cap lang 1999

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Daftar slogan iklan

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : https://groups.yahoo.com/neo/groups/mmaipb/conversations/messages/1791

Konicare Menantang Cap Lang dan Nyonya Meneer

No comments:

Post a Comment